Npm = 21214826
Kelas = 4EB31
ANALISIS
LIKUIDITAS DAN COC
A. ANALISIS
LIKUIDITAS
· Current
Ratio
Merupakan rasio yang menunjukkan sejauh
mana aktiva lancar dapat difungsikan untuk menutupi kewajiban jangka pendek
atau hutang menjadi lancar. Jika current ratio 1:1 atau 100% berarti aktiva
yang lancar dapat menutupi kewajiban lancar. Lebih disarankan lagi jika rasio
diatas satu atau diatas 100% untuk lebih aman, artinya perusahaan akan lancar
membayar hutangnya tanpa ada mengganggu proses kerja perusahaan. Perhitungan Current Ratio berdasarkan data di
Laporan Keuangan PT. Tiphone Mobile Indonesia Tbk sebagai berikut :
Current
Ratio = Current Asset / Current Liabilities x
100%
= 6.364.111 / 1.256.834 x 100%
= 5, 06360506 x 100%
= 506,360560
506,36%
Analisis : Dapat dikatakan sehat jika
rasionya berada diatas 1 atau diatas 100% maka untuk kasus perusahaan ini dapat
dikatakan sehat karena memiliki Current
Ratio diatas 100% yaitu 506,36%
· Quick
Ratio
Rasio ini yang menunjukkan uji cepat perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan
lagi persediaan yang memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan
dibanding asset lain. Semakin besar rasionya maka akan semakin membaik juga
rasio ini. Pada rasio ini lebih baik perusahaan mencapai 1:1 atau 100% karena
perusahaan dapat membayarnya dengan
hasil dari pencairan uang yang dihasilkan dari aktiva lancar. Perhitungan
Quick Ratio berdasarkan data di
Laporan Keuangan PT. Tiphone Mobile Indonesia Tbk sebagai berikut :
Quick
Ratio = Current
Asset – Inventory / Current Liabilities x
100%
= 6.364.111 – 1.893.708 / 1.256.834 x
100
=
4.470.403 / 1.256.834 x
100%
= 3,55809641 x 100%
= 355,809641
355,80%
Analisis : Pada Quick Ratio angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun
rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat
maka untuk perusahaan ini dapat dikatakan sehat karena memiliki Quick Ratio yaitu 355,80%
· Cash
Ratio
Rasio ini merupakan alat yang dapat
mengukur berapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar kewajiban yang
dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau setara dengan rekening seperti
giro. Jika perbandingan kas semakin besar atau setara dengan kas, maka hutang
akan semakin lancar atau membaik. Perhitungan Cash Ratio berdasarkan data di Laporan
Keuangan PT. Tiphone Mobile Indonesia Tbk sebagai berikut :
Cash
Ratio = Cash +
Bank / Current Liabilities x
100%
= 491.690 + 681.138 / 1.256.834 x
100%
= 1.172.828 / 1.256.834 x100%
= 0,933160624 x 100%
= 93,3160624 ≈ 93,31%
Analisis : Pada Cash Ratio jika
perbandingan kas semakin besar atau setara dengan kas, maka hutang akan semakin
lancar atau membaik. Dalam perusahaan ini dapat dikatakan tidak sehat karena Cash Ratio memiliki
hasil 93,31%
· Working
Capital to Total Asset Ratio
Rasio ini biasanya digunakan untuk
menilai likuiditas dari total aktiva dan posisi modal bekerja. Semakin besar
rasionya makan semakin membaik. Rumus Working
Capital to Total Asset Ratio adalah :
Working Capital to
Total Asset Ratio = Current Asset – Current Liabilities /
Total Asset x
100%
= 6.364.111 – 1.256.834 / 7.128.717 x
100%
= 5.107.272 / 7.128.717 x
100%
=
0,716437053 x 100%
=
71,6437053 ≈ 71,64%
Analisis : Dari perhiungan ini diketahui
bahwa Working Capital to Total Asset
Ratio pada perusahaan ini adalah sebesar 71,64%.
B.
COC (Cost Of Debt)
Cost
Of Capital atau biaya modal mempunyai dua makna, tergantung dari sisi investor
atau perusahaan. Dari sudut pandang investor cost of capital adalah opportunity
cost (biaya pengorbanan) dari dana yang ditanamkan investor pada suatu
perusahaan. Sedangkan dari sudut pandang perusahaan, cost of capital adalah
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang
dibutuhkan.
Pada
umumnya komponen Biaya Modal (Cost Of Capital) terdiri dari Cost Of Debt (biaya
hutang) dan Cost Of Equity (biaya modal sendiri).
1. Cost
Of Debt (Biaya Hutang)
a. Biaya
Hutang Sebelum Pajak (before-tax cost of
debt)
Hutang dapat diperoleh dari lembaga
pembiayaan atau dengan menerbitkan surat pengakuan hutang (obligasi). Biaya
hutang yang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar
perusahaan, sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan obligasi adalah tingkat pengembalian
hasil yang diinginkan (required of
return) yang diharapkan investor yang digunakan untuk sebagai tingkat
diskonto dalam mencari nilai obligasi.
Kd = C + ((M – NVd) / n) /
(M + NVd) / 2
= 11% + ((500.000 – 493.179) / 3) / (500.000 / 2)
=
2.273,70333 / 250.000
=
0,00909481332
Keterangan :
C =
Pembayaran bunga (kupon) tahunan
M =
Nilai nominal (maturitas) atau face value setiap
surat obligasi
NVd = Nilai pasar atau hasil bersih dari penjualan
obligasi
n =
Masa jatuh tempo obligasi dalam n tahun
b. Biaya
Hutang Setelah Pajak (after-tax cost of
debt)
Biaya hutang setelah pajak dapat dicari
dengan mengalikan biaya hutang sebelum pajak dengan (1-T) dengan T adalah
tingkat pajak marginal.
Rumus :
Ki =
kd
(1-T)
= 0,00909481332 (1 – 30%)
= 0,00636639324
Keterangan :
Ki =
Biaya
hutang setelah pajak
Kd =
Biaya
hutang sebelum pajak
T =
Tarif pajak
2. Biaya
Saham Preferen
Saham preferen mempunyai karakteristik
kombinasi antara utang dengan modal sendiri atau saham biasa. Salah satu ciri
saham preferen yang menyerupai utang adalah adanya penghasilan tetap bagi
pemiliknya (Warsono, 2003: 143).
Rumus :
kp = Dp / Pn
keterangan :
Kp =
Biaya
saham preferen
Dp =
Dividen
saham preferen
Pn =
Harga
bersih pada saat emisi
Note
: Pada PT. Tiphone Mobile Indonesia Tbk ini tidak memiliki lampiran saham
preferen.
3. Cost
of Equity (Biaya Modal Sendiri)
Baiya modal saham merupakan tingkat hasil
pengembalian atas saham biasa yang diinginkan oleh para investor. Salah satu
metode yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya modal laba ditahan, yaitu
pendekatan Capital Aset Pricing Model
(CAPM), dimana biaya modal laba ditahan adlah tingkat pengembalian atas modal
sendiri yang diinginkan oleh investor yang terdiri dari tingkat bunga bebas
risikodengan premi risiko pasar dikalikan dengan β (resiko saham perusahaan). Iramani dan Febrian (2005).
Rumus :
Ks
= Rf
+ β (Rm-Rf)
=
5,69900% + 1(0,028 – 569,9)
=
569,9 + (-569,62)
Keterangan :
Ks =
Biaya laba ditahan
Rf =
Tingkat pengembalian bebas risiko
β =
beta, pengukuran sistematis saham
Rm =
Tingkat pengembalian saham
Adapun variabel-variabel yang digunakan
dalam perhitungan CAPM adalah sebagai berikut :
·
Tingkat
Suku Bunga Bebas Risiko (Rf)
Tingkat suku bunga bebas risiko diambil
dari suku bunga rata-rata Sertifikat Bank Indonesia (SBI) selama satu tahun. Rf
yang
merupakan suku bunga obligasi pemerintah atau surat hutang pemerintah.
·
Return
Pasar (Rm)
Return pasar dapat diketahui dengan
menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per bulan untuk tiap-tiap tahun.
Rumus :
Rm, t
= IHSGt –
IHSGt-1 / IHSGt-1
= 5.296,710 – 5.148,910 / 5.148,910
=
0,0287051045755316 ≈ 0,028
Keterangan :
Rm =
Tingkat pengembalian yang diharapkan pasar
IHSGt =
Harga penutupan IHSG akhir hari transaksi bulan ini
IHSGt-1 = Harga Penutupan IHSG
akhir bulan lalu
·
Resiko
Sistematis (β)
Perkiraan koefisien beta saham (β)
digunakan sebagai indeks dan risiko saham beta. Perhitungan beta dilakukan
dengan pendekatan regresi. Rumus :
β = (n∑XY - ∑X∑Y)
/ (n∑X2 – (∑X)2)
(Husein Umar, 2003: 171)
Keterangan :
X =
Tingkat keuntungan portofolio pasar (indeks pasar)
Y =
Tingkat keuntungan saham
·
Biaya
modal rata-rata tertimbang (WACC)
Menurut Iramani dan Febrian (2005), dalam
praktek pembiayaan atau pendanaan yang digunakan perusahaan diperoleh dari
berbagai sumber. Dengan demikian biaya rill yang ditanggung oleh perusahaan
merupakan keseluruhan biaya untuk semua sumber pembiayaan yang digunakan. Rumus
:
WACC
= Wd . Kd (1 – T) + Ws . Ks
Note
: Tidak menemukan proporsi hutang terhadap modalnya pada lampiran keuangan PT.
Tiphone Mobile Indonesia Tbk
Keterangan :
WACC =
Biaya modal rata-rata tertimbang
Wd =
Proporsi hutang dalam struktur modal
Kd =
Biaya hutang (cost of debt)
Ws =
Proporsi saham biasa dalam struktur modal
Ks =
Tingkat pengembalian yang diinginkan investor
Referensi :