Sabtu, 25 November 2017

Etika Profesi Akuntansi - Likuiditas PT. Tiphone Mobile Indonesia Tbk

Nama   = Aulia Pratiwi
Npm    = 21214826
Kelas   = 4EB31


ANALISIS LIKUIDITAS DAN COC

A.    ANALISIS LIKUIDITAS
·      Current Ratio
Merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat difungsikan untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau hutang menjadi lancar. Jika current ratio 1:1 atau 100% berarti aktiva yang lancar dapat menutupi kewajiban lancar. Lebih disarankan lagi jika rasio diatas satu atau diatas 100% untuk lebih aman, artinya perusahaan akan lancar membayar hutangnya tanpa ada mengganggu proses kerja perusahaan. Perhitungan Current Ratio berdasarkan data di Laporan Keuangan PT. Tiphone Mobile Indonesia Tbk sebagai berikut :

Current Ratio = Current Asset / Current Liabilities x 100%
                      = 6.364.111 / 1.256.834 x 100%
                      = 5, 06360506 x 100%
                      = 506,360560  506,36%

Analisis : Dapat dikatakan sehat jika rasionya berada diatas 1 atau diatas 100% maka untuk kasus perusahaan ini dapat dikatakan sehat karena memiliki Current Ratio diatas 100% yaitu 506,36%

·      Quick Ratio
Rasio ini yang  menunjukkan uji cepat perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan lagi persediaan yang memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan dibanding asset lain. Semakin besar rasionya maka akan semakin membaik juga rasio ini. Pada rasio ini lebih baik perusahaan mencapai 1:1 atau 100% karena perusahaan dapat membayarnya dengan  hasil dari pencairan uang yang dihasilkan dari aktiva lancar. Perhitungan Quick Ratio berdasarkan data di Laporan Keuangan PT. Tiphone Mobile Indonesia Tbk sebagai berikut :

Quick Ratio = Current Asset – Inventory / Current Liabilities x 100%

                    = 6.364.111 – 1.893.708 / 1.256.834 x 100
                    =  4.470.403 / 1.256.834 x 100%
                    = 3,55809641 x 100%
                    = 355,809641  355,80%

Analisis : Pada Quick Ratio angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat maka untuk perusahaan ini dapat dikatakan sehat karena memiliki Quick Ratio yaitu 355,80%

·      Cash Ratio
Rasio ini merupakan alat yang dapat mengukur berapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar kewajiban yang dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau setara dengan rekening seperti giro. Jika perbandingan kas semakin besar atau setara dengan kas, maka hutang akan semakin lancar atau membaik. Perhitungan Cash Ratio berdasarkan data di Laporan Keuangan PT. Tiphone Mobile Indonesia Tbk sebagai berikut :

Cash Ratio = Cash + Bank / Current Liabilities x 100%

                  = 491.690 + 681.138 / 1.256.834 x 100%
                  = 1.172.828 / 1.256.834 x100% 
                  = 0,933160624 x 100%
                  = 93,3160624 ≈ 93,31%

Analisis : Pada Cash Ratio jika perbandingan kas semakin besar atau setara dengan kas, maka hutang akan semakin lancar atau membaik. Dalam perusahaan ini dapat dikatakan tidak sehat karena Cash Ratio memiliki hasil 93,31%

·      Working Capital to Total Asset Ratio
Rasio ini biasanya digunakan untuk menilai likuiditas dari total aktiva dan posisi modal bekerja. Semakin besar rasionya makan semakin membaik. Rumus Working Capital to Total Asset Ratio adalah :

Working Capital to Total Asset RatioCurrent Asset – Current Liabilities / Total Asset x 
                                                                100%
                                                             = 6.364.111 – 1.256.834 / 7.128.717 x 100%
                                                             = 5.107.272 / 7.128.717 x 100%
                                                             = 0,716437053 x 100%
                                                             = 71,6437053 ≈ 71,64%

Analisis : Dari perhiungan ini diketahui bahwa Working Capital to Total Asset Ratio pada perusahaan ini adalah sebesar 71,64%.

B.     COC (Cost Of Debt)
Cost Of Capital atau biaya modal mempunyai dua makna, tergantung dari sisi investor atau perusahaan. Dari sudut pandang investor cost of capital adalah opportunity cost (biaya pengorbanan) dari dana yang ditanamkan investor pada suatu perusahaan. Sedangkan dari sudut pandang perusahaan, cost of capital adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan.

Pada umumnya komponen Biaya Modal (Cost Of Capital) terdiri dari Cost Of Debt (biaya hutang) dan Cost Of Equity (biaya modal sendiri).
1.      Cost Of Debt (Biaya Hutang)
a.       Biaya Hutang Sebelum Pajak (before-tax cost of debt)
Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan menerbitkan surat pengakuan hutang (obligasi). Biaya hutang yang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan, sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan obligasi adalah tingkat pengembalian hasil yang diinginkan (required of return) yang diharapkan investor yang digunakan untuk sebagai tingkat diskonto dalam mencari nilai obligasi. 
Kd = C + ((M – NVd) / n) / (M + NVd) / 2 
     11% + ((500.000 – 493.179) / 3) / (500.000 / 2) 
     =  2.273,70333 / 250.000
     =  0,00909481332


Keterangan :
C               = Pembayaran bunga (kupon) tahunan
M              = Nilai nominal (maturitas) atau face value setiap
                           surat obligasi
NVd          = Nilai pasar atau hasil bersih dari penjualan
    obligasi
n                = Masa jatuh tempo obligasi dalam n tahun

b.      Biaya Hutang Setelah Pajak (after-tax cost of debt)
Biaya hutang setelah pajak dapat dicari dengan mengalikan biaya hutang sebelum pajak dengan (1-T) dengan T adalah tingkat pajak marginal.
Rumus :
Ki = kd (1-T)
     = 0,00909481332 (1 – 30%)
     = 0,00636639324


Keterangan :
Ki              = Biaya hutang setelah pajak
K            = Biaya hutang sebelum pajak
T                   = Tarif pajak

2.      Biaya Saham Preferen
Saham preferen mempunyai karakteristik kombinasi antara utang dengan modal sendiri atau saham biasa. Salah satu ciri saham preferen yang menyerupai utang adalah adanya penghasilan tetap bagi pemiliknya (Warsono, 2003: 143).
Rumus :
kp Dp / Pn

keterangan :
Kp                  = Biaya saham preferen
Dp                  = Dividen saham preferen
Pn                   = Harga bersih pada saat emisi

Note : Pada PT. Tiphone Mobile Indonesia Tbk ini tidak memiliki lampiran saham preferen.

3.      Cost of Equity (Biaya Modal Sendiri)
Baiya modal saham merupakan tingkat hasil pengembalian atas saham biasa yang diinginkan oleh para investor. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya modal laba ditahan, yaitu pendekatan Capital Aset Pricing Model (CAPM), dimana biaya modal laba ditahan adlah tingkat pengembalian atas modal sendiri yang diinginkan oleh investor yang terdiri dari tingkat bunga bebas risikodengan premi risiko pasar dikalikan dengan β (resiko saham perusahaan).  Iramani dan Febrian (2005).
Rumus :
Ks = Rf + β (Rm-Rf)
      = 5,69900% + 1(0,028 – 569,9)
      = 569,9 + (-569,62)

Keterangan :
Ks              = Biaya laba ditahan
Rf              = Tingkat pengembalian bebas risiko
β                = beta, pengukuran sistematis saham
Rm             = Tingkat pengembalian saham

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam perhitungan CAPM adalah sebagai berikut :
·         Tingkat Suku Bunga Bebas Risiko (Rf)
Tingkat suku bunga bebas risiko diambil dari suku bunga rata-rata Sertifikat Bank Indonesia (SBI) selama satu tahun. Rf yang merupakan suku bunga obligasi pemerintah atau surat hutang pemerintah.
·         Return Pasar (Rm)
Return pasar dapat diketahui dengan menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per bulan untuk tiap-tiap tahun. Rumus :
Rm, t = IHSGt – IHSGt-1 / IHSGt-1
         = 5.296,710 – 5.148,910 / 5.148,910
       = 0,0287051045755316 ≈ 0,028

Keterangan :
Rm                = Tingkat pengembalian yang diharapkan pasar
IHSGt            = Harga penutupan IHSG akhir hari transaksi bulan ini
IHSGt-1          = Harga Penutupan IHSG akhir bulan lalu
·         Resiko Sistematis (β)
Perkiraan koefisien beta saham (β) digunakan sebagai indeks dan risiko saham beta. Perhitungan beta dilakukan dengan pendekatan regresi. Rumus :
β = (n∑XY - ∑XY) / (n∑X2 – (∑X)2)
(Husein Umar, 2003: 171)

Keterangan :
X         = Tingkat keuntungan portofolio pasar (indeks pasar)
Y         = Tingkat keuntungan saham
·         Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)
Menurut Iramani dan Febrian (2005), dalam praktek pembiayaan atau pendanaan yang digunakan perusahaan diperoleh dari berbagai sumber. Dengan demikian biaya rill yang ditanggung oleh perusahaan merupakan keseluruhan biaya untuk semua sumber pembiayaan yang digunakan. Rumus :

WACC = Wd . Kd (1 – T) + Ws . Ks

Note : Tidak menemukan proporsi hutang terhadap modalnya pada lampiran keuangan PT. Tiphone Mobile Indonesia Tbk

Keterangan :
WACC                 = Biaya modal rata-rata tertimbang
Wd                   = Proporsi hutang dalam struktur modal
Kd                   = Biaya hutang (cost of debt)
Ws                   = Proporsi saham biasa dalam struktur modal
Ks                    = Tingkat pengembalian yang diinginkan investor

Referensi :

Jumat, 20 Oktober 2017

Etika Profesi Akuntansi

TUGAS 2


NAMA            : AULIA PRATIWI
NPM               : 21214826
KELAS           : 4EB31

PT. Tiphone Mobile Indonesia Tbk

Profil Perusahaan
PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk berdiri pada tanggal 25 Juni 2008 dengan nama Tiphone Mobile Indonesia. Inti bisnis yang dijalankan oleh Perseroan ini adalah menjalankan usaha-usaha di bidang perdagangan perangkat telekomunikasi berupa telepon selular berikut suku cadang, aksesoris, pulsa serta jasa perbaikan dan penyediaan konten melalui anak perusahaan.
Pada awalnya Perseroan memperjualbelikan telepon selular bermerek lokal Tiphone dengan desain terbaru dan fitur terlengkap dan harga yang kompetitif dibandingkan produk-produk sejenis lainnya. Bidang usaha Perseroan makin diperluas dengan didirikannya anak perusahaan yang bergerak dibidang jasa reparasi telepon selular yaitu PT Setia Utama Service (SUS) serta anak perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengadaan konten telepon selular (content provider) yaitu PT Setia Utama Media Aplikasi (SUMA) pada bulan Juli 2008.

Selanjutnya, untuk memperkuat jalur distribusi dan pertumbuhan kinerja keuangan, Perseroan telah mengakuisisi PT Telesindo Shop (TS) dan PT Excel Utama Indonesia (EUI) sejak awal tahun 2011. Sinergi positif antara Perseroan dan Anak Perusahaan diharapkan dapat meningkatkan kinerja Perseroan.

Selain menghadirkan berbagai pilihan produk komunikasi merek Tiphone berikut aksesorisnya serta telepon selular merek-merek internasional lainnya, Perseroan juga menawarkan produk-produk operator seperti paket kartu perdana prabayar dan voucher (pulsa isi ulang) dari berbagai operator selular di Indonesia seperti PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dan Telkom Flexi yang merupakan grup PT Telekomunikasi Indonesia Tbk serta PT XL Axiata Tbk (dahulu PT Excelcomindo Pratama Tbk). Perseroan juga memberikan layanan konten dan layanan yang menawarkan jasa perbaikan perangkat keras maupun lunak kepada konsumen, penjualan suku cadang dan galeri produk. 

Kegiatan usaha Perseroan dilakukan melalui jalur distribusi dan ritel. Di samping itu Perseroan juga mendistribusikan produk melalui katalog bank nasional dan internasional di Indonesia kepada nasabah kartu kredit dan perbankan bank-bank tersebut. Dengan jaringan distribusi yang luas yang meliputi seluruh wilayah Indonesia, Perseroan menyediakan layanan distribusi dengan infrastruktur yang terus berkembang bagi para produsen perangkat telekomunikasi selular dan operator jaringan selular.


Hasil analisa laporan keuangan PT. Tiphone Mobile Indonesia Tbk tahun 2015
1.      Total Sales                   : 22.039.666 (dalam jutaan rupiah)
2.      Assets                          : 7.128.717 (dalam jutaan rupiah)
3.      Earning Power              : Noi / OA = 500.724 / 1.884 = 265,77707 = 26.577,707 %
4.      ROR                            : Laba Setelah Pajak / Modal sendiri = 363.405 / 712.095 = 0,51 = 51%

Estimasi di masa depan :
Laba di tahun 2015 berjumlah 22.039.666 (dalam jutaan rupiah) lebih bagus dari pada tahun 2014 dikarenakan pada tahun 2014 perusahaan merugi (7.449.975). kinerja perusahaan dimasa yang akan datang akan datang dapat ditingkatkan dengan cara memperbaikinya dengan mengurangi biaya-biaya seminimum mungkin sehingga perusahaan mendapatkan laba semaksimal mungkin dan melakukan pengelolaan keuangannya dengan baik agar tidak terjadi penurunan yang dapat menyebabkan perusahaan meurugi.

Berikut ini dilampirkan  Laporan Keuangan PT. Tiphone Mobile Indonesia Tbk :



Referensi :
www.idx.co.id